Jumat, 06 November 2009

Inilah Cinta dan Kesetiaan !




Inilah Cinta dan Kesetiaan !

by Ummu Raihanah

Pada dirinya yang mulia sumber teladan bagi setiap manusia yang berusaha menggapai ridha-Nya. Terpesona pada kehidupannya yang tak akan pernah habis dan puas di reguk oleh hamba-hambaNya yang merindukan surga-Nya.Sampai masalah kehidupan pribadinya pun begitu indah mempesona. Ia memberi teladan bagi para suami tentang arti cinta dan kesetiaan pada pasangannya yang sesungguhnya. Cinta itu tak kan pernah lekang oleh ruang dan waktu yang di lewati manusia. Walau sang belahan jiwa tercinta telah keharibaan-Nya. Tapi cinta itu tetap membara di dalam dadanya yang suci dan mulia. Bila ia teringat pada sang kekasihnya tercinta yang telah tiada, bibirnya yang mulia tak kan jemu senantiasa menyebut namanya ,memujinya dan memintakan ampunan untuknya. Adakah para suami istri berhasrat untuk meneladani cinta dan kesetiaannya?

Duhai, para suami,…junjunganmu memberikan contoh yang sangat istimewa dan mulia. Tentang kisah cinta dan kesetiaannya yang telah disaksikan oleh istri-istrinya yang lain dan para sahabatnya yang mulia. Generasi seterusnya dan para ulamapun membukukannya dalam tulisan mereka. Sehingga kisah ini bukanlah dongengan ataupun khayalan semata. Akan tetapi ia nyata adanya dan bagi orang yang ingin menirunya tentu pahala menantinya. Tidakkah hatimu tergerak untuk mewujudkannya?

Rasulmu tercinta yang amat sangat mencintai umatnya adalah sangat menghargai jasa istrinya. Bukti penghargaan beliau ini diwujudkan dengan tidak menikahnya beliau dengan wanita lain ketika Khadijah radiyallahu anha masih hidup mendampinginya. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari jalan Az-Zuhri dari Urwah radiyallahu anhu bahwa Aisyah radiyallahu anha berkata:

“Nabi Shalallahu alaihi wassalam tidak menikahi wanita lain sampai khadijah wafat”1

Hal ini tidak diperselisihkan di kalangan ahli ilmu dan sejarawan yang menunjukkan betapa agungnya kedudukan khadijah radiyallahu anha dalam hati beliau, tidakkah engkau memikirkannya?

Wahai para istri,…mengapa sangat agung kedudukan Khadijah radiyallahu anha dalam hati beliau shalallahu alaihi wassalam?Karena ia telah memberikan pengorbanan dan jasa yang sangat besar dalam kehidupan suaminya tercinta.Ia tak kenal lelah dan letih begitu setia mendampingi Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dalam berdakwah mengenalkan islam pada masyarakat Quraisy waktu itu, sehingga sang suami mendapat berbagai cobaan, ujian dan kesulitan dalam hidupnya. Ia korbankan harta bendanya untuk sang suami tercinta di jalan dakwahnya, memberikan dukungan, ketenangan dan kasih sayang yang melimpah ruah dalam rumah tangganya.Mendidik anak-anak beliau sehingga menjadi penyejuk mata bagi keduanya.Inilah sosok istri teladan yang patut bagi setiap muslimah untuk mencontohnya dan mempersembahkannya untuk suami tercinta sehingga rumah tangga setiap muslim menjadi kokoh dan kuat bangunannya.Wajarlah bila Allah Azza wa jalla memberikan kabar gembira atas jasa-jasa beliau ini berupa istana di surga.Dari Abu Hurairah radiyallahu anhu bahwa suatu ketika malaikat Jibril mendatangi Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dia berkata :

”Wahai Rasulullah, itu Khadijah telah datang membawa makanan atau minuman. Kalau sudah tiba, sampaikan salam kepadanya dari Allah dan dariku, dan berilah kabar gembira bahwa telah di sediakan untuknya sebuah istana di surga yang terbuat dari intan permata dan di istana tersebut tidak ada keributan maupun keletihan”2

Selain itu atas jasa besar Khadijah radiyallahu anha yang sangat tulus dalam memperjuangkan islam akhirnya beliaupun berhak menyandang gelar sebagai wanita yang terbaik pada umat ini. Dari Ali bin Abu Thalib Radiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shalalahu alaihi wassalam bersabda:

“Wanita mereka yang terbaik adalah Maryam (yakni kepada umat yang didalamnya terdapat Maryam)dan wanita umat ini yang terbaik adalah Khadijah “3

Bukankah Allah sangat cepat hisabnya wahai saudariku,…Tidaklah Dia membalas kebaikan melainkan dengan kebaikan bahkan yang berlipat ganda, dan tidakkah kita ingin meraihnya?

Untuk para suami yang berusaha membahagiakan sang istri tercinta,…walau Khadijah radiyallahu anha telah tiada penghormatan beliau padanya tetap seperti di masa hidupnya . Beliau senantiasa memberikan hadiah pada kerabat dan kawan-kawan istrinya sebagai bukti nyata cinta beliau bukan hanya isapan jempol belaka.Sehingga perbuatan beliau ini membuat Aisyah radiyallahu anha sangat cemburu, Aisyah berkata :

“Aku tidak pernah cemburu kepada satupun diantara istri-istri Rasulullah shalallahu alaihi wassalam seperti cemburuku kepada Khadijah. Aku tidak melihatnya, akan tetapi Rasulullah sering menyebut namanya. Terkadang beliau menyembelih kambing, lalu memotong-motongnya, kemudian membagi-bagikannya kepada kawan-kawan Khadijah.Pernah aku berkata pada beliau, ‘Seolah-olah tidak ada perempuan lain di dunia ini selain Khadijah?” Beliau menjawab : “Dia dulu begini dan begitu. Dan darinya pula aku punya anak”4

Tentang perkataan Aisyah”…akan tetapi Rasulullah sering sekali menyebut namanya” Ibnu Hajar berkata bahwan dalam riwayat Abdullah al-Bahiyy dari Aisyah sebagaimana di sebutkan dalam Kitab Ath-Thabrani “beliau menyebut nama Khadijah, tidak bosan-bosan memujinya dan beristighfar untuknya”5

Tentang perkataan Rasulullah Shalalahu alaihi wassalam : “Dia dahulu begini dan begitu” Ibnu Hajar berkata bahwa maksudnya dia adalah wanita mulia, cerdas dan sejenisnya.6

Dalam kitab Al-Musnad Imam Ahmad menyebutkan riwayat Masruq dari Aisyah bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam bersabda:

“Dia beriman kepadaku ketika orang-orang ingkar, membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, membantuku dengan hartanya ketika orang-orang tidak mau memberi bantuan, dan Allah Subhanahu wa ta’ala memberiku anak darinya ketika Dia tidak memberiku anak dari wanita lain”7.

Imam Nawawi berkata : “Hadits-hadits ini merupakan dalil kesetiaan, penjagaan cinta kasih, dan penghormatan kepada pasangan hidupnya baik semasa hidup maupun setelah mati, serta penghormatan kepada para kenalan teman hidup tersebut”.8.

Jasa istrinya selalu beliau kenang sepanjang masa, sepanjang perjalanan hidupnya. Beliau begitu setia, santun, memiliki pergaulan yang baik dengan istrinya, menjaga kehormatan hidup istrinya baik di saat hidup maupun setelah tiada serta memuliakan kerabat dan teman-temannya.Cintanya tak pernah lekang di makan usia bahkan beliau tetap setia mencintainya ,senantiasa menyebut namanya. Betapa indahnya!

Aisyah berkata bahwa Haalah binti Khuwailid saudara perempuan Khadijah meminta izin bertemu Rasulullah Shalallahu alihi wassalam. Saat itu beliau teringat akan cara minta izinnya Khadijah yaitu cara minta ijin Haalah yang mirip dengan Khadijah. Beliaupun terkenang dan terkejut dengan berkata “ Ya, Allah itu Haalah!” Aisyah yang melihat sikap beliau ini menjadi sangat cemburu. Aku berkata pada beliau :”Untuk apa engkau mengingat-ingat perempuan tua yang sudah tanggal giginya (ompong) dan sudah lama mati, padahal Allah telah memberimu ganti yang lebih baik darinya”9

Tidakkah engkau melihat kecemburuan Aisyah? Cemburu pada wanita yang telah tiada? Rasulullah tidak pernah melupakannya, melupakan gerak-gerik istrinya di masa hidupnya semua terekam indah dalam ingatan beliau. Hingga Aisyahpun tak kuasa menahan kecemburuannya.Adakah yang mau merenungkannya?

Pada Rasulullah suri tauladan yang menawan, semoga dengan membaca kisah cinta dan kesetiaannya hatimu akan tertawan. Alangkah indah dan manisnya hidup dalam cinta dan kesetiaan.Sehingga tenanglah hati para istri mengarungi biduk rumah tangga yang penuh onak dan duri-duri kehidupan. Islamlah solusi kehidupan bagi para pasangan. Di dalamnya akan kita dapati jalan keluar yang kita butuhkan. Wahai para suami,…apalagi yang engkau pikirkan? Jika manusia yang paling mulia di atas bumi ini telah mengajarkanmu arti cinta dan kesetiaan. Tidakkah ingin engkau persembahkan kepada pasangan hidupmu yang telah Allah halalkan? Dan tentu para istripun akan menambah pengabdian dan ketaatan mereka padamu karena inilah yang mereka harapkan! Wallahu ‘alam bish-shawwab.

Artikel ini telah di muraja’ah oleh : Ustadz Khalid Samhudi Lc dan Ustadz Muhammad Elvy Syam Lc.

Sumber Rujukan :
1.Fathul Baari Syarah Shahihul Bukhari jilid 7 Kitabul Manaqib Al-Anshariy, Bab Tazwiijun Nabi Shalallahu alaihi wassalam Khadijata wa fadhliha radiyallahu anha, di tahkik oleh Syaikh Abdullah bin Baaz, daarul Fikr, Lebanon.

2.Ringkasan Shahih Muslim, Imam Al-Mundziri ,Bab Keutamaan Khadijah Radiyallahu anha Ummul Mukminin, Istri Nabi Shalallahu alaihi wassalam hal: 976-978, Pustaka Amani,Jakarta


Catatan kaki:
  1. Fathul Baari 7:517 []
  2. HR. Bukhari no.3820 dan Muslim no.1671 []
  3. HR.Bukhari no.3815 Fathul Baari 7/512 dan Muslim no.1670 []
  4. HR. Bukhari no 3818 []
  5. Fathul Baari :7/516 []
  6. Fathul Baari : 7/516 []
  7. fathul Baari 7/516 []
  8. Fathul Baari, 7/517 []
  9. HR.Bukhari no.3821 Muslim no.1674 []

Rebutlah hati suamimu dengan bersegera menta’atinya


Rebutlah hati suamimu dengan bersegera menta’atinya

Istri yang bijak adalah istri yang dapat mengerti dan memahami kewajiban yang harus dilakukannya. Memahami bahwa mentaati suami merupakan salah satu kewajibannya. Dan bahwa mentaati suami dalam perkara yang bukan maksiat merupakan penyebab ia masuk ke dalam jannah.

Rasulullooh Shololloohi ‘alahi wassallaam telah bersabda:

“Apabila seorang wanita telah mengerjakan sholat lima waktu, puasa bulan ramadhon, menjaga kemaluannya, mentaati suaminya, maka akan dikatakan kepadanya: “Masuklah jannah dari pintu manapun yang engkau suka”. (Shahih Al-Jami’ Al Kabir)

Ketahuilah, kewajiban utama seorang istri terhadap suaminya adalah mentaatinya dalam perkara-perkara yang bukan maksiat dan tidak menyeret kepada mudhorat. Ketaatan istri ini akan memberikan pengaruh yang amat besar dalam menciptakan suasana keluarga yang harmonis. Dalam hadits tentang kisah delegasi kaum wanita, mereka menyebutkan tentang pahala yang diperoleh para lelaki dengan jihad, kemudian mereka bertanya, “Bagaimana kami dapat memperoleh keutamaan seperti demikian?”

Maka Rasulullooh Shololloohi ‘alahi wassallaam bersabda:

“Sampaikan kepada para wanita yang kalian jumpai bahwa mentaati suami dan menunaikan hak-haknya dapat menyamai semua keutamaan itu…” (HR. Al-Bazaar dan Ath-Thobrani)

Kewajiban kepada suami bukan berarti menihilkan kepribadianmu sebagai wanita. Bukan berarti hegemoni kaum lelaki terhadap wanita dan bukan pula berarti kehidupan rumah tangga menjadi ajang pertempuran, penentangan dan membuat keras kepala. Namun, merupakan kehidupan yang mana kesantunan menjadi ciri utamanya.

Sesungguhnya ketaatan istri kepada suaminya secara ma’ruf dan kecintaannya kepada suaminya bisa mengangkat kedudukannya di sisi Allooh dan mendatangkan kebahagiaan dan ketenangan baginya. Dan suaminya juga akan mentaatinya dan menuruti keinginannya yang syar’i. Dalam sebuah mutiara-mutiara hikmah, disebutkan: “Sebaik-baik istri adalah yang ta’at, mencintai, bijak, subur lagi penyayang, pendek lisan (tak cerewet) dan mudah diatur.”

Suami akan sangat gembira ketika mendapatkan istrinya segera mentaatinya, tidak bermalas-malasan dalam menunaikan apa yang dikehendakinya, bahkan terkadang sampai pada taraf kedua-duanya memahami apa yang diingini oleh pasangannya, ia tidak perlu memikirkannya sebelum menyebutkannya.

Itu berarti engkau benar-benar mengharapkan ridha suamimu dan berusaha untuk meraihnya. Dan juga berarti engkau mengetahui jalan menuju jannah.

Rasulullooh Shololloohi ‘alahi wassallaam bersabda:

“siapa saja wanita yang meninggal sementara suaminya ridho terhadapnya maka ia pasti masuk jannah.” (HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim)

Dikutip dari Kuuni Zaujatan Naajihatan, DR. Najla’ As-Sayyid Nayil.

Salahkah Seorang Ikhwan Memilih Calon Istri yang Cantik?



Salahkah Seorang Ikhwan Memilih Calon Istri yang Cantik?

Kategori Nikah by Ummu Raihanah

Kecantikan tetap merupakan daya tarik yang memikat setiap lelaki di dunia ini. Wajarlah jika para produsen menggunakan jasa wanita cantik untuk melariskan barang dagangan mereka dan memang tak bisa dipungkiri! Begitupula masalah memilih pasangan hidup tentu setiap lelaki memiliki kriteria tertentu tentang calon istri yang akan di nikahinya. Kalau mau jujur dalam setiap kriteria itu diantara salah satunya adalah menginginkan calon istrinya berwajah cantik atau sedap dipandang mata, tidak membosankan. Salahkah bila seorang ikhwan menghendaki atau menginginkan seorang istri yang cantik?

Wahai ukhti saudariku,.. jangan bersungut dahulu menyalahkan si ikhwan yang berselera demikian. Karena pernikahan itu sendiri adalah ibadah, terkadang iman akan naik dan turun. Tentunya sangat membutuhkan sebab-sebab yang dapat merekatkan tali pernikahan dimasa mendatang. Bila kecantikan adalah merupakan daya tarik bagi si ikhwan itu yang nantinya akan mengekalkan hubungan percintaan (pernikahan)dan kasih sayangnya kepada wanita yang akan di nikahinya maka islam tidaklah melarangnya. Karena ia adalah fitrah atau naluri yang Allah subhanahu wata’ala ciptakan untuk manusia. Coba kita simak hadits berikut ini, dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu dari Nabi shalallahu alaihi wassalam beliau bersabda:

“wanita itu biasa dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, karena kemuliaan keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah yang beragama, karena kalau tidak niscaya engkau akan merugi”1

Kemudian marilah kita simak penjelasan fiqh hadits diatas:2

Dalam hadits diatas menjelaskan kepada kita tentang adat atau kebiasaan laki-laki menikahi wanita karena salah satu dari empat perkara diatas.Yaitu diantara mereka mengutamakan (cenderung) kepada harta, kemulian keturunannya (nasabnya), kecantikannya, dan karena agama si wanita tersebut.Kemudian Nabi kita yang mulia memberikan petunjuk kepada kita agar memilih yang tertinggi dan termulia yang akan memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat yaitu pilihlah yang beragama.Yaitu pilihlah wanita karena keshalihahannya.

Tetapi hal ini tidak berarti bahwa laki-laki tidak boleh memilih wanita yang cantik dan seterusnya. Tidak demikian! Ini adalah sebuah kesalahan di dalam memahami hadits. Akan tetapi maksudnya -Insya Allah- seperti ini:

Misalnya ada seorang laki-laki memilih wanita yang cantik parasnya. Kemudian dia melihat apakah pilihannya seorang wanita shalihah? Kalau jawabannya adalah: ‘ya’ maka dia boleh melanjutkan pilihannya. Kiaskanlah dengan keistimewaan yang lainnya! Tetapi kalau jawabannya ‘tidak’, maka dia dihadapkan kepada dua pilihan yang salah satunya harus dia tentukan dan tetapkan. Kalaupun dia melanjutkan pilihannya berarti dia telah mendahulukan kecantikan dari keshalihan.Kalaupun dia membatalkan pilihannya berarti dia telah mendahulukan keshalihan (agama) dari kecantikan. Atau ketika akan memilih dia menentukan sesuai dengan apa yang dia mau atau sesuai dengan seleranya misalnya: “Saya akan memilih wanita yang cantik, yang tinggi, yang putih, yang begini dan begitu dan seterusnya.” Pilihan yang seperti ini dibolehkan dan agama tidak pernah melarangnya.Karena memang berjalan dengan fitrah manusia. Oleh karena itu Nabi kita shalallahu alaihi wassalam mengatakan: “Wanita itu biasa dinikahi karena empat perkara…”

Akan tetapi tetap saja penentuan akhirnya ada pada agama si akhwat tersebut, sebagaimana sabda Nabi mengakhiri dan menutup sabdanya: Maka pilihlah yang beragama! Maksudnya janganlah kau kalahkan agamamu dengan segala kecantikan dan harta benda duniawi. Padahal sebaik-baik kesenangan, kemewahan, harta benda dunia adalah wanita shalihah. Kalau pilihanmu jatuh pada wanita shalihah berarti engkau telah memiliki harta benda dan kesenangan dunia yang terbaik. Istimewa kalau wanita shalihah pilihanmu itu seperti yang kau ingini. Hukum ini juga berlaku bagi setiap muslimah yang akan menjatuhkan pilihannya kepada laki-laki muslim.

Setelah tahu penjelasan hadits diatas tentu kita melihat betapa indahnya islam sejalan dengan fitrah manusia. Karena kecenderungan merupakan hak mutlak bagi setiap pasangan yang akan menikah untuk mengekalkan hubungan mereka maka islampun menganjurkan agar mereka melihat (nazhar) hal-hal yang dapat membuat mereka tertarik untuk segera menikah dan salah satunya adalah faktor kecantikan yang dimana terkadang sangat mempengaruhi hati atau hasrat seorang laki-laki untuk segera menikahi wanita yang telah dilihatnya. Wallahu ‘alam.

Sumber:
- Al Masail Masalah-masalah Agama jilid 7, Abdul hakim Abdat, Darus Sunnah, Jakarta, 2006.
- Fiqh Wanita, Syaikh Kamil Uwaidah, Pustaka Kautsar.

Artikel ini telah di muraja’ah oleh ustadz Eko Haryanto Lc (Abu Ziyad)


Catatan Kaki:
  1. HR. Bukhari no.5090, Muslim no.1466 []
  2. Lihat Al-Masail Masalah-masalah Agama jilid 7 hal :179-180 []
ShareThis